Kawasan Asia Tenggara atau ASEAN telah menjadi fokus dalam panorama global, baik dalam bidang geopolitik maupun ekonomi, dan fenomena ini tidaklah tanpa alasan. Dengan jumlah penduduk mencapai 680 juta jiwa, Asia Tenggara menempati peringkat ketiga setelah India dan China dalam hal populasi. Lebih dari separuh populasi ini berusia di bawah 30 tahun, menandakan kehadiran angkatan kerja yang produktif. Pertumbuhan ekonominya juga stabil dengan rerata pertumbuhan mencapai 4,4 persen selama periode 2010-2022. PDB kawasan ini mencapai 3,6 triliun dollar AS pada 2022, melampaui PDB India, sehingga menjadikannya sebagai ekonomi terbesar kelima di dunia.
Stabilitas ekonomi ASEAN didukung oleh integrasi ekonomi regional melalui perjanjian perdagangan bebas seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang melibatkan negara-negara besar seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Hal ini telah meningkatkan volume perdagangan dan investasi di antara negara-negara anggota, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan.
Selain itu, reformasi struktural dan kebijakan ekonomi yang diimplementasikan oleh negara-negara ASEAN telah berkontribusi pada stabilitas ekonomi kawasan. Liberalisasi sektor ekonomi, peningkatan infrastruktur, dan investasi dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja adalah beberapa langkah yang telah dilakukan untuk meningkatkan iklim bisnis dan menarik investasi asing.
Pentingnya ASEAN sebagai pasar yang menarik juga tercermin dalam minat perusahaan multinasional untuk melakukan ekspansi bisnis di kawasan ini, seperti yang ditunjukkan dalam survei HSBC yang melibatkan 3.500 perusahaan multinasional. Sekitar 91 persen dari perusahaan-perusahaan ini berencana untuk melakukan ekspansi bisnis di Asia Tenggara.
Indonesia, sebagai anggota ASEAN terbesar, memiliki peran yang sangat penting dalam kawasan ini. Dengan 40 persen populasi ASEAN, Indonesia juga menyumbang lebih dari sepertiga PDB ASEAN. Potensi Indonesia sebagai gerbang ASEAN semakin diperkuat dengan kebijakan pembangunan infrastruktur dan insentif untuk penelitian dan pengembangan dalam industri kendaraan elektrifikasi.
Dalam industri kendaraan listrik, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global. Langkah-langkah seperti pembatasan ekspor dan pembangunan infrastruktur telah menarik investasi asing langsung dalam industri pengolahan konsentrat dalam negeri, menjadikan Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi dalam ekonomi digital dengan populasi angkatan kerja yang besar dan meningkatnya konektivitas internet. Dalam beberapa tahun terakhir, nilai transaksi e-commerce di Indonesia telah meningkat secara signifikan, menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar dalam bidang ini.
Sebagai bank global yang telah beroperasi di ASEAN selama puluhan tahun, HSBC telah memahami pentingnya memahami keberagaman karakteristik ekonomi dan budaya di dalam kawasan ini. HSBC berkomitmen untuk mendukung pelanggan dalam penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG) dan memimpin dalam transisi keberlanjutan di ASEAN.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan potensi yang besar dalam berbagai sektor, Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai salah satu pemain utamanya, diharapkan akan menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi terpenting di Asia-Pasifik dalam satu dekade mendatang.